Powered By Blogger

Sabtu, 10 Maret 2012

SEPIKUL KUE ONGOL - ONGOL DEMI PERJUANGAN HIDUP

LIPUTAN AKHIR PEKAN

SEPIKUL KUE ONGOL - ONGOL DEMI PERJUANGAN HIDUP






KERJA KERAS : Wajah Ibu Munayah saat melayani pembeli  kuenya



Di tengah gemerlap kota Malang, kita masih menjumpai sosok yang penuh dengan semangat dan kerja keras. Munayah, itulah nama seorang pedagang kue ongol-ongol yang selama lebih dari 20 tahun menggantungkan hidupnya dengan berjualan kue ongol-ongol. Berawal dari berjualan gorengan hingga kue, wanita berusia 60 tahun ini lebih memilih mencari sesuap nasi  di daerah alun-alun kota Malang sejak awal berdirinya alun-alun kota Malang hingga saat ini. Ia memulai untuk berjualan sekitar pukul 06.00 WIB, waktu di mana kebanyakan orang masih pulas dalam tidurnya. “Saya setiap hari berjualan dari jam enam pagi sampai jam
empat sore,” tutur wanita dengan tiga orang cucu ini sembari tersenyum.
Dari tangan dan tubuh tuanya itu, Bu Munayah selalu menjalani pekerjaannya dengan penuh lapang dada. Berawal dengan berjualan makanan gorengan seperti tahu, bakwan dan pisang goreng, pendapatan yang ia dapatkan tidak sebanding dengan modal yang ia keluarkan. “Saya berjualan gorengan dengan modal hingga tujuh puluh ribu rupiah untuk semua jenis gorengan, namun keuntungan yang saya dapatkan setiap hari tidak selalu mencapai modal awal, ditambah lagi jika suasana alun-alun sepi, uang yang saya dapatkan hanya cukup untuk membeli beras,” sahut wanita dengan panggilan Nayah ini. Hal tersebut salah satunya karena harga minyak di pasaran masih melambung tinggi hingga saat ini. “Mugo-mugo pemerintah iso ndelok wong cilik koyo ngene iki, jadi harga bahan jualan seperti minyak tidak selalu naik,” tambah wanita lebih dari paruh baya itu.
Ia menuturkan bahwa kondisi itu tidak boleh dibiarkan begitu saja mengingat pendapatan yang ia peroleh masih sangat minim. Akhirnya ia memutuskan untuk menjual kue ongol-ongol dengan harga Rp 3000 untuk semua jenis kue jualan, mulai dari ongol-ongol, cenil, lopes dan ketan dengan modal sekitar Rp 60.000. Dari penjualan tersebut ia mendapatkan keuntungan hingga Rp 30.000/hari. Hal itu ia lakukan untuk terus menyambung hidupnya di tengah kondisi perekonomian keluarganya yang masih memprihatinkan. Ia bersama suaminya yang merupakan seorang tukang becak serta tiga orang cucunya yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar selalu membagi waktunya antara berjualan kue dengan mengurus ketiga orang cucunya tersebut. Wanita asal Malang ini memutuskan untuk berjualan di area alun-alun karena selain merupakan pusat kota Malang yang tidak pernah sepi pengunjung, juga tidak jauh dari tempat tinggalnya. Hingga saat ini, Bu Munayah terus mengembangkan rasa dari kue-kuenya tersebut yang merupakan salah satu jajanan khas kota Malang agar pembeli tidak merasa kecewa, mengingat di zaman saat ini sudah tidak banyak lagi pembeli yang suka memakan kue jenis ongol-ongol.
Terlepas dari hari-hari biasa, Bu Munayah juga selalu berinisiatif untuk menjual  lontong sayur ketika musim puasa dan menjelang musim hari raya tiba karena makan tersebut dirasa banyak peminatnya dibandingkan dengan makanan lainnya. Dengan begitu rupiah demi rupiah pun ia dapatkan dengan lebih mudah. (ra/fib)