Powered By Blogger

Kamis, 22 Desember 2011

Bahasa Osing, Aset Terbesar Banyuwangi


Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Jawa Timur. Karakter wilayah yang terletak di ujung paling timur pulau Jawa ini juga menarik untuk di ketahui selain wilayah tapal kuda dan wilayah arek yang dikenal dengan sebutan “Lare Osing.”
Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi dan penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Suku Osing merupakan perpaduan budaya dan tradisi yang ada di Banyuwangi dan dikenal dengan istilah Negeri Belambangan.
            Ada tiga elemen masyarakat yang secara dominan membentuk stereotype karakter Banyuwangi yaitu Jawa Mataraman, Madura-Pandalungan (Tapal Kuda) dan Osing. Persebaran tiga entitas ini bisa ditelisik dengan karakter wilayah secara geografis yaitu Jawa Mataraman lebih banyak mendominasi daerah pegunungan yang banyak hutan seperti wilayah Tegaldlimo, Purwoharjo, Bangorejo dan Tegalsari. Sedangkan masyarakat Madura lebih dominan di daerah gersang seperti di kecamatan Wongsorejo, Muncar dan Glenmore. Sementara masyarakat Osing sendiri dominan di wilayah subur di sekitar Banyuwangi kota, Giri, Glagah, Kabat, Rogojampi, Songgon, Singojuruh, Cluring dan Genteng.
            Meski masyarakat yang ada di Banyuwangi ini terdiri dari berbagai elemen dari entitas yang berbeda, namun sangat adaptif, terbuka dan kreatif terhadap unsur kebudayaan lain hingga memungkinkan banyak sekali adanya akulturasi, salah satu hasil dari akulturasi budaya tersebut adalah bahasa Osing.
            Karakter egaliter menjadi ciri yang sangat dominan dalam masyarat Osing. Ini tampak dalam bahasa Osing yang tidak mengenal tingkatan bahasa seperti bahasa Jawa atau bahasa Madura. Struktur masyarakat Osing pun tidak berorientasi pada priayi seperti orang Jawa juga tidak pada kyai seperti orang Madura dan tidak juga pada Ksatria seperti kasta orang Bali ( Sumber: Heru SP Saputra, Shrintil, 2007 ).
 A.  Sejarah Bahasa dan Masyarakat Osing
Sejarah bahasa dan masyarakat Osing kabupaten Banyuwangi tidak bisa dipisahkan dari sejarah kerajaan majapahit. Masyarakat Osing hakikatnya adalah keturunan dari kerajaan Blambangan yang terletak di ujung timur pulau Jawa. Kata Osing sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno Sing atau Hing yang artinya “Tidak.” Sebutan ini menurut Dosen fakultas Sastra Universitas Jember Novi Anoegrajekti (dalam Majalah Tempo on-line, http://www.tempointeraktif.com, diunduh pada 17 Maret 2010 pukul 20:30), mengacu pada pengalaman traumatik masyarakat Blambangan akibat serangan kerajaan Majapahit yang terus-menerus. Pengalaman ini mengakibatkan sikap defensif masyarakat Osing terhadap orang Majapahit, sehingga kata Using yang berarti tidak itu tercetus. Ada sikap antipati dari orang Blambangan terhadap masyarakat Jawa Kulon yang berbahasa Jawa mataraman itu. Pernyataan ini diperkuat dengan penelitian Prof. Dr. Suparman Heru Santosa yang telah mengadakan uji linguistik terhadap bahasa Using. Dari penelitian Prof. Suparman, disimpulkan bahwa Bahasa Osing merupakan dialeg dari bahasa Jawa Kuno. Jadi sama dengan bahasa Jawa modern, Sunda, atau Bali. Namun masih kebanyakan dari ahli bahasa Jawa menyatakan bahwa bahasa Osing adalah salah satu dialeg dari bahasa Jawa.
Osing bukan istilah yang dipakai untuk menyebut penduduk keseluruhan Kabupaten Banyuwangi. Suku Osing terdapat hanya di bagian tengah dan bagian utara Kabupaten Banyuwangi, terutama di Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Glagah dan Kecamatan Singojuruh, Kecamatan Giri, Kecamatan Kalipuro, dan Kecamatan Songgon.
Secara linguistik, bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Jawa daricabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Namun seiring dengan perkembangannya, bahasa Osing telah mengakar kuat menjadi dialeg khas Banyuwangi. (Sumber: Holmes, Janet.An Introduction to Socialinguistik (2001)).

B.     Sistem Pengucapan atau Fonologi
Bahasa Osing mempunyai keunikan dalam sistem pelafalannya, antara lain:
·   Adanya diftong [ai] untuk vokal [i] : semua leksikon berakhiran "i" pada bahasa Osing khususnya Banyuwangi selalu terlafal "ai". Seperti misalnya "geni" terbaca "genai", "bengi" terbaca "bengai", "gedigi" (begini) terbaca "gedigai".
·   Adanya diftong [au] untuk vokal [u]: leksikon berakhiran "u" hampir selalu terbaca "au". Seperti "gedigu" (begitu) terbaca "gedigau", "asu" terbaca "asau", "awu" terbaca "awau".
·   Lafal konsonan [k] untuk konsonan [q]. Di Bahasa Jawa, terutama pada leksikon berakhiran huruf "k" selalu dilafalkan dengan glottal "q". Sedangkan di Bahasa Osing, justru tetap terbaca "k" yang artinya konsonan hambat velar. antara lain "apik" terbaca "apiK", "manuk", terbaca "manuK" dan seterusnya.
·   Konsonan glotal [q] yang di Bahasa Jawa justru tidak ada seperti kata [piro'], [kiwo'] dan demikian seterusnya.
·   Palatalisasi [y]. Dalam Bahasa Osing, kerap muncul pada leksikon yang mengandung [ba], [pa], [da], [wa]. Seperti "bapak" dilafalkan "byapak", "uwak" dilafalkan "uwyak", "embah" dilafalkan "embyah", "Banyuwangi" dilafalkan "byanyuwangai", "dhawuk" dibaca "dyawuk".
Dari ciri vonologis di atas dapat terlihat perbedaan dengan pengucapan dalam Bahasa Jawa modern. Meski ada kesamaan secara kosakata, namun cara pengucapan yang berbeda terkadang membuat orang yang biasa berbahasa Jawa tak mengerti ketika mendengar ucapan dalam Bahasa Using (Priantono, 2005). Perbedaan inilah yang menjadi salah satu penciri Bahasa Using dari Bahasa Jawa. Meski sama-sama berasal dari akar Bahasa Jawa Kuno, ada perbedaan yang menghasilkan Bahasa Osing sebagai bahasa yang berdiri sendiri.
Ciri khas lain dari bahasa Osing adalah dalam gaya penggunaan. Tidak seperti Bahasa Jawa yang mengenal unggah-unggahan bahasa seperti Ngoko, Kromo, dan seterusnya, Dalam Bahasa Osing tidak ditemukan hal serupa. Yang ada hanya gaya bahasa berbeda untuk situasi yang berbeda, bukan karena status sosial. Selain itu, ada pula perbedaan penggunaan pronomina (kata sapaan) untuk orang dengan umur atau kedudukan yang berbeda, sekali lagi bukan karena status sosialnya.
Cara penggunaan pronomina yang berbeda itu dapat dilihat di bawah ini:
§  Siro wis madhyang? = kamu sudah makan?
§  Riko wis madhyang? = anda sudah makan?
  1. Hiro/Iro = digunakan/lawan bicara untuk yang lebih muda(umur)
  2. Siro = digunakan/lawan bicara untuk yang selevel(umur)
  3. Riko = digunakan/lawan bicara untuk yang diatas kita (umur)
  4. Ndiko = digunakan/lawan bicara untuk orang tua (bapak/ibu)
Sedangkan dalam fungsi penggunaan, dibedakan dua cara yakni cara Osing dan cara Besaki. Cara Osing digunakan untuk keperluan sehari-hari atau kebutuhan umum. Cara Besaki sendiri hanya dipergunakan saat okasi penting seperti ritual keagamaan dan upacara pernikahan.

C.  Varian Bahasa Osing

Bahasa Osing mempunyai banyak kesamaan dan memiliki kosakata Bahasa Jawa Kuno yang masih tertinggal. Namun di wilayah Banyuwangi sendiri terdapat variasi penggunaan dan kekunaan juga terlihat di situ. Varian yang dianggap Kunoan terdapat utamanya diwilayah Giri, Glagah dan Licin, dimana bahasa Osing di sana masih dianggap murni. Sedangkan Bahasa Osing di Kabupaten Jember telah banyak terpengaruh bahasa Jawa dan Madura. Serta pelafalan yang berbeda dengan Bahasa Osing di Banyuwangi.

D.Gaya Penggunaan Bahasa

Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang satu sama lain ternyata tidak saling berhubungan. Yakni Cara Osing dan Cara Besiki. Cara Osing adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak mengenal bentuk Ngoko-Krama seperti layaknya Bahasa Jawa umumnya. Yang menjadi pembedanya adalah pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicara, misalnya :

 

§  Siro wis madhyang? = kamu sudah makan?
§  Riko wis madhyang? = anda sudah makan?

§  Hiro/Iro = digunakan/lawan bicara untuk yang lebih muda(umur)
§  Siro = digunakan/lawan bicara untuk yang selevel(umur)
§  Riko = digunakan/lawan bicara untuk yang di atas kita (umur)
§  Ndiko = digunakan/lawan bicara untuk orang tua (bapak/ibu)
Sedangkan Cara Besiki adalah bentuk "Jawa Halus" yang dianggap sebagai bentuk wicara ideal. Akan tetapi penggunaannya tidak seperti halnya masyarakat Jawa, Cara Besiki ini hanya dipergunakan untuk kondisi-kondisi khusus yang bersifat keagamaan dan ritual, selain halnya untuk acara pertemuan menjelang perkawinan.

E. Kosakata

Kosakata Bahasa Osing berakar langsung dari bahasa Jawa Kuna, di mana banyak kata-kata kuna masih ditemukan di sana, di samping itu, pengaruh Bahasa Bali juga sedikit signifikan terlihat dalam bahasa ini. Seperti kosakata sing (tidak) dan bojog (monyet).

Pengaruh Bahasa Inggris juga masuk kedalam bahasa ini melalui para tuan tanah yang pernah tinggal di kawasan tersebut, seperti dalam kata :

§  Sulung dari kata so long namun bermakna duluan
§  Nagud dari kata no good bermakna jelek
§  Ngepos dari kata pause bermakna berhenti
§  Enjong dari kata enjoy bermakna enak,menyenangkan
Perbedaan register atau unggah-unggahan ini akan amat jelas ketika dibandingkan dengan Bahasa Jawa. Menurut situs Wikipedia.org, terdapat tiga varian utama dalam register Bahasa Jawa, yakni Ngoko (kasar), Madya (biasa), dan Krama (halus). Perbedaan ini selain dilatarbelakangi oleh faktor usia, status sosial seseorang pun turut mempengaruhi penggunaan varian dalam Bahasa Jawa. Jika dalam Bahasa Osing digunakan hanya pronomina yang berbeda untuk menunjuk tingkat usia antara dua penutur, dalam Bahasa Jawa tidak hanya pronomina yang berubah, tapi tiap kata yang digunakan pun dapat berubah. Untuk lebih jelas melihat perubahan dalam varian Bahasa Jawa, dapat dilihat dari contoh berikut yang diambil dari situs wikipedia.org

Bahasa Indonesia: “Maaf, saya mau tanya rumah Kak Budi itu, di mana?”
1. Ngoko kasar: “Eh, aku arep takon, omahé Budi kuwi, nèng*ndi?’
2. Ngoko alus  : “Aku nyuwun pirsa, dalemé mas Budi kuwi, nèng endi?”
3. Ngoko meninggikan diri sendiri: “Aku kersa ndangu, omahé mas Budi kuwi, nèng ndi?”
4. Madya         : “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, griyané mas Budi niku, teng pundi?”
5. Madya alus  : “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, dalemé mas Budi niku, teng pundi?”
6. Krama andhap: “Nuwun sèwu, dalem badhé nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?”
7. Krama      : “Nuwun sewu, kula badhé takèn, griyanipun mas Budi punika, wonten pundi?”
8. Krama inggil: “Nuwun sewu, kula badhe nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?”
Dari sini terlihat jelas perbedaan register antara Bahasa Jawa dan Osing. Jika Bahasa Jawa mendasarkan pada status sosial, sedangkan Bahasa Osing didasari pada fungsi okasional. (Sumber: http://id.wikipedia.org, http://bambangpriantono.multiply.com/
               http://abdulbasyir.wordpress.com/, http://www.tempointeraktif.com/


Dalam tiap bahasa, dapat kita temukan perubahan-perubahan yang terjadi disebabkan oleh faktor historis, geografis, atau sosial. Perubahan ini dilakukan bukan tanpa tujuan dari penggunanya. Pembentukan identitas menjadi salah satu tujuan utama di atas kebutuhan dasar kelompok manusia. Masyarakat Osing dalam kasus ini, berusaha membentuk Bahasa Osing yang berbeda dengan Bahasa Jawa untuk mengidentifikasikan diri mereka juga sebagai aset besar Banyuwangi. Meski sama-sama berasal dari akar Bahasa Jawa Kuno, ada perbedaan yang menyebabkan antara Bahasa Jawa, Bahasa Osing, dan Bahasa Bali berdiri sendiri. Oleh karena itu, Bahasa Osing ini dapat kita simpulkan sebagai sebuah bahasa, buka ragam atau varian dari Bahasa Jawa.
(Sumber: http://id.wikipedia.org, http://bambangpriantono.multiply.com/
               http://abdulbasyir.wordpress.com/http://www.tempointeraktif.com/



ADDITIONAL:
Talking about the Dialect of Osing, may be I am the one who love learning language so much. For me, language is amazing and have its uniqueness which differentiates from one to another. And I felt so lucky because was born in Banyuwangi. A legendary rich of culture and beautiful beaches, call it with PLENGKUNG beach and G-LAND which has a very very excotic and beatiful waves in the second highest after Hawaii. And Banyuiwangi, the SUNRISE OF JAVA 
One thing which makes me feel lucky is I know the native language in Banyuwangi which called Osing. Actually my native is Javanese because both my father and mother are originally from Banyuwangi, espceially in the southest of Banyuwangi.  I think the language is very unique because in terms of pronounciation, very different from Java language on a daily basis I used. They have a tone or kind of a particular song in pronounciation or their language and a little bit of scrannel. That's why it's very difficult to imitate thie accent, despite I'm from Banyuwangi actually.
I can understand pretty much when they speak, but I can’t use the language. Even if I decided to do it, my accent is still Javanese. Hummm…. I started to know Osing when I was in the primary school where it is located not in the area whose people did't use Osing as their native language. But, it was so much fun. Their pronounce is interesting with a certain tone. I miss it so much. I have downloaded some Kendang Kempul ( Kind of Song which use Osing) just to be able to hear this language. But, I can’t make the conversation with them.
But, I'm going to learn more over about Osing to conserve my originally language from Banyuwangi. :)
Dan sepertinya bakal ribet and susah banget, kawan,, hahaha :D

Rabu, 21 Desember 2011

Habis Sumpek Terbitlah GALAU

Jika segudang pertanyaan tentang makna "GALAU", masih menjadi hal kontroversial saat ini. Istilah GALAU masih terdengar "IN" di tahun 2011 akhir-akhir ini.  Ada yang berpendapat bahwa galau itu GAK PENTING, namun di sisi lain GALAU itu juga penting lhoo...
Mau tau apa pentingnya???
okey, check it out!!!


Galau merupakan sejenis penyakit yang menjangkit serta menginfeksi sebagian orang di masa kini. Khalayak yang GALAU biasanya cenderung confuse serta sering melakukan hal-hal konyol.. Seperti apa yaa??? pikir aja sendiri.. hahaha :D
Galau bisa disetarakan dengan DILEMA, yang membedakannya hanya sang pengidap. Kalau galau mayoritas pengidapnya berlatar belakang C.I.N.T.A, maka gak heran banget kalau PASIENNYA kebanyakan dari kalangan ABG. Munculnya GALAU sebenarnya berawal dari yang namanya KEBIMBANGAN dari hal-hal yang kurang penting, sehingga berbagai persolan berkecamuk di dalam pikiran hingga menyebabkan DILEMA (trennya : GALAU). Akhirnya otak pun gak b isa mencerna dengan baik dan berkelanjutan mengambang di dalam pikiran. Dalem banget yaaa??? hahaha
sekarang pertanyannya adalah kenapa yang terjangkit penyakit GALAU ini kebanyakan dari kalangan remaja??? kenapa kog gak lansia gitu??? *emang masih ada ya lansia Galau?.. Nenek Gue kalau lagi galau NGEROKOK :D*
Remaja adalah saat di mana seseorang mengalami masa LABIL. Masih sering bertindak sembarangan dan konyol. Hal yang sepele bisa jadi besar, sedangkan yang besar diremehin... wewww..
Misalnya 3 detik aja sms dari pacar gak dibales dengan cepat, udah gitu ngambek, akhirnya si Dilema satu ini memunculkan GALAU. Ngambek, berantem, putus, Bubar dechhh!!! END!! Konyol banget, EMANG!!! itu urusan SANG PENGGALAU.. hahaha
Sebenarnya manusia itu diciptakan oleh Tuhan emang untuk selalu berpikir, jadi yang namanya GALAU sebernya sih boleh dan sah-sah aja,, kita jadi mikir dan refleksi diri terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi(definisi yang GALAU secara baik dan BENAR),, tapi please,, jangan bawa-bawa si LEBAY dihadapan SANG PENGGALAU donk.. kalau dampaknya cuma END ama pacar suh oke-oke aja, tapi yang sangat MIRIS and TRAGIS adalah mereka yang serasa punya NYAWA DOUBLE plus-plus yang saat Galau hingga mengiris-iris tangan mereka dengan Tulisan "G.A.L.A.U" berwarna merah darah.. haduchhh (gak sakit??)
Saya pernah menemukan kasus KONYOL and TOLOL semacam itu di beberapa situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twetter.. lalu diupload, seolah-olah ingin mnedeklarasikan kepada dunia bahwa 'SAYA LAGI GALAU"...
itu cewek GOBLOK atau Gila yaa,, tangan sendiri disayat-sayat sendiri, nahh lohh emang kalau putus mau diganti pakai tangan MONYET Loe,, (bisa sihh mumpung si monyet belum pada punah) hahaha :D
Makanya STOP Galau yang berkepanjangan mulai dari sekarang!! Jika terjadi serangan berlanjut segera hubungi DOKTER!
*Dokter RSJ*
SELAMAT MENGALAMI PENGGALAUAN MASSAL........:)

Habis Sumpek Terbitlah GALAU

Jika segudang pertanyaan tentang makna "GALAU", masih menjadi hal kontroversial saat ini. Istilah GALAU masih terdengar "IN" di tahun 2011 akhir-akhir ini.  Ada yang berpendapat bahwa galau itu GAK PENTING, namun di sisi lain GALAU itu juga penting lhoo...
Mau tau apa pentingnya???
okey, check it out!!!


Galau merupakan sejenis penyakit yang menjangkit serta menginfeksi sebagian orang di masa kini. Khalayak yang GALAU biasanya cenderung confuse serta sering melakukan hal-hal konyol.. Seperti apa yaa??? pikir aja sendiri.. hahaha :D
Galau bisa disetarakan dengan DILEMA, yang membedakannya hanya sang pengidap. Kalau galau mayoritas pengidapnya berlatar belakang C.I.N.T.A, maka gak heran banget kalau PASIENNYA kebanyakan dari kalangan ABG. Munculnya GALAU sebenarnya berawal dari yang namanya KEBIMBANGAN dari hal-hal yang kurang penting, sehingga berbagai persolan berkecamuk di dalam pikiran hingga menyebabkan DILEMA (trennya : GALAU). Akhirnya otak pun gak b isa mencerna dengan baik dan berkelanjutan mengambang di dalam pikiran. Dalem banget yaaa??? hahaha
sekarang pertanyannya adalah kenapa yang terjangkit penyakit GALAU ini kebanyakan dari kalangan remaja??? kenapa kog gak lansia gitu??? *emang masih ada ya lansia Galau?.. Nenek Gue kalau lagi galau NGEROKOK :D*
Remaja adalah saat di mana seseorang mengalami masa LABIL. Masih sering bertindak sembarangan dan konyol. Hal yang sepele bisa jadi besar, sedangkan yang besar diremehin... wewww..
Misalnya 3 detik aja sms dari pacar gak dibales dengan cepat, udah gitu ngambek, akhirnya si Dilema satu ini memunculkan GALAU. Ngambek, berantem, putus, Bubar dechhh!!! END!! Konyol banget, EMANG!!! itu urusan SANG PENGGALAU.. hahaha
Sebenarnya manusia itu diciptakan oleh Tuhan emang untuk selalu berpikir, jadi yang namanya GALAU sebernya sih boleh dan sah-sah aja,, kita jadi mikir dan refleksi diri terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi(definisi yang GALAU secara baik dan BENAR),, tapi please,, jangan bawa-bawa si LEBAY dihadapan SANG PENGGALAU donk.. kalau dampaknya cuma END ama pacar suh oke-oke aja, tapi yang sangat MIRIS and TRAGIS adalah mereka yang serasa punya NYAWA DOUBLE plus-plus yang saat Galau hingga mengiris-iris tangan mereka dengan Tulisan "G.A.L.A.U" berwarna merah darah.. haduchhh (gak sakit??)
Saya pernah menemukan kasus KONYOL and TOLOL semacam itu di beberapa situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twetter.. lalu diupload, seolah-olah ingin mnedeklarasikan kepada dunia bahwa 'SAYA LAGI GALAU"...
itu cewek GOBLOK atau Gila yaa,, tangan sendiri disayat-sayat sendiri, nahh lohh emang kalau putus mau diganti pakai tangan MONYET Loe,, (bisa sihh mumpung si monyet belum pada punah) hahaha :D
Makanya STOP Galau yang berkepanjangan mulai dari sekarang!! Jika terjadi serangan berlanjut segera hubungi DOKTER!
*Dokter RSJ*
SELAMAT MENGALAMI PENGGALAUAN MASSAL........:)

Habis Sumpek Terbitlah GALAU

Jika sekudang pertanyaan tentang makna "GALAU", masih menjadi hal kontroversial saat ini. Istilah GALAU masih terdengar "IN" di tahun 2011 akhir-akhir ini.  Ada yang berpendapat bahwa galau itu GAK PENTING, namun di sisi lain GALAU itu juga penting lhoo...
Mau tau apa pentingnya???
okey, check it out!!!


Galau merupakan sejenis penyakit yang menjangkit serta menginfeksi sebagian orang di masa kini. Khalayak yang GALAU biasanya cenderung confuse serta sering melakukan hal-hal konyol.. Seperti apa yaa??? pikir aja sendiri.. hahaha :D
Galau bisa disetarakan dengan DILEMA, yang membedakannya hanya sang pengidap. Kalau galau mayoritas pengidapnya berlatar belakang C.I.N.T.A, maka gak heran bsnget kalau PASIENNYA kebanyakan dari kalangan ABG. Munculnya GALAU sebenarnya berawal dari yang namanya KEBIMBANGAN dari hal-hal yang kurang penting, sehingga berbagai persolan berkecamuk di dalam pikiran hingga menyebabkan DILEMA (trennya : GALAU). Akhirnya otak pun gak b isa mencerna dengan baik dan berkelanjutan mengambang di dalam pikiran. Dalem banget yaaa??? hahaha
sekarang pertanyannya adalah kenapa yang terjangkit penyakit GALAU ini kebanyakan dari kalangan remaja??? kenapa kog gak lansia gitu???
Remaja adalah saat di mana seseorang mengalami masa LABIL. Masih serig bertindak sembarangan dan konyol. Hal yang sepele bisa jadi besar, sedangkan yang besar diremehin... wewww..
Misalnya 3 detik aja sms dari pacar gak dibales dengan cepat, udah gitu ngambek, akhirnya si delam satu ini memunculkan GALAU. Ngambek, berantem, putus, Bubar dechhh!!! END!! Konyol banget, EMANG!!! itu urusan SANG PENGGALAU.. hahaha
Sebenarnya manusia itu diciptakan oleh Tuhan emang untuk selalu berpikir, jadi yang namanya GALAU sebernya sih boleh dan sah-sah aja,, kita jadi mikir dan refleksi diri terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi(definisi yang GALAU secara baik dan BENAR),, tapi please,, jangan bawa-bawa si LEBAY dihadapan SANG PENGGALAU donk.. kalau dampaknya cuma END ama pacar suh oke-oke aja, tapi yang sangat MIRIS and TRAGIS adalah mereka yang serasa punya NYAWA DOUBLE plus-plus yang saat Galau hingga mengiris-iris tangan mereka dengan Tulisan "G.A.L.A.U" berwarna merah darah.. haduchhh (gak sakit??)
Sya pernah menemukan kasus KONYOL and TOLOL semacam itu di beberapa situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twetter.. itu cewek GOBLOK atau Gila yaa,, tangan sendiri disayat-sayat sendiri, nahh lohh emang kalau putus mau diganti pakai tangan MONYET Loe,, hahah :D
Makanya STOP Galau yang berkepanjangan mulai dari sekarang!! Jika terjadi serangan berlanjut segera hubungi DOKTER!
*Dokter RSJ*
SELAMAT PENGGALAUAN MASSAL........:)

Mutiara Tak Bersinar

Mutiara Tak Bersinar
Suatu pagi seorang gadis belia berusia 9 tahun mulai membuka mata yang terlihat sayup dari tidurnya. Rahma Kartika, itulah nama gadis dengan tubuh mungil, kurus dan berkulit hitam. Jam waker kecil di atas meja yang selalu menemani tidurnya berdering keras tepat pukul 04.00 pagi. Wajah kusam, bau, tubuh kurus serta kulit gelapnya itu selalu ia lihat sendiri di depan cermin seolah berbicara bahwa mutiara itu benar-benar tak bersinar dari dalam dirinya. Saat itu pula ia mulai menyadari bahwa dunia pagi dan hari baru menyambutnya dengan membawa sebuah isyarat bahwa ia harus bangkit untuk memulai aktivitas panjangnya. Penjual kue keliling, itulah pekerjaan yang harus ia pikul seorang diri semenjak kedua orang tuanya meninggal dunia akibat gempa bumi dahsyat yang menerpa kampungnya beberapa bulan yang lalu. Dari tangan dan jemari mungilnya itulah terlihat sebuah gambaran betapa kerasnya kehidupan ini untuk ia hadapi seorang diri beserta adik kecinya yang masih berusia 6 tahun.
            Setiap subuh ia harus beranjak dari tidurnya untuk membuat adonan kue yang hendak dijualnya di berbagai tempat, seperti sekolah, trotoar maupun dari warung ke warung. Jemarinya yang masih mungil serta badan yang masih jauh dari ukuran ideal itu harus membawa 3 kotak kue setiap hari dengan seorang diri. Hingga suatu ketika ia tiba pada sebuah sekolah dasar yang tak jauh dari rumahnya. Melalui celah dari sudut sebuah jendela, Rahmi mengintip suasana kelas yang begitu kondusif dengan seorang guru perempuan yang berwibawa dan begitu telaten dalam mengajar serta murid-murid yang begitu aktif dalam pelajaran Bahasa Inggris. “Okey, everybody. Let’s open your book and we’re going to continue our discussion. Is there anyone who can give me the summary of last meeting lesson?” dengan sabarnya ia mengajar. Kemudian salah seorang murid laki-laki mengangkat tangannya. “Me, mom,” dengan lantangnya. “Okey, our last discussion is about the characteristic of elephant. It has a short tail, thick of black skin, large ears and eyes, long and strong trunk with the biggest body. Hmm,, I think that’s my opinion, mom.” Katanya dengan penuh percaya diri. Kemudian seluruh murid serentak memberikan tepuk tangan kepadanya.

            Dengan tanpa ia sadari, tiba-tiba Rahma memasuki ruang kelas tersebut dengan rasa percaya diri. Spontan suasana kelas menjadi tercengang melihat seorang gadis mungil dengan badan kotor tak terawat, pakaian kumuh dan bau serta bertumpuk-tumpuk kotak kue dijinjing dan dipikulnya di atas kepala. Kemudian ia menyahut, “No, that wasn’t perfect answer. He didn’t mention the last thing which elephant had. And the last body partner of elephant is a tusk. It has two strong tusks between its trunk, mom.” Kemudian dengan lantang Ibu Guru bertanya, “Siapa kau gadis cerdas?”
“Saya Rahma, penjual kue keliling yang biasa berjualan di depan gerbang sekolah ini, Bu.” jawabnya dengan jujur. “Lalu apakah kamu tidak sekolah, Nak?” tanya guru tersebut. “Tidak, Bu. Saya seorang yatim piatu yang harus membanting tulang sendirian demi sesuap nasi untuk saya dan adik kecil saya,” jawab Rahma dengan wajah murung dan sedih. ”Benarkah? Kamu secerdas ini harus hidup seorang diri, Nak? Baiklah, Ibu telah melihat ketulusan hati dan kecerdasan dari dalam dirimu. Ibu akan memasukkanmu ke sekolah ini serta membiayai semua kebutuhanmu, Nak. Tapi kau harus berjanji untuk selalu berprestasi dan menjadi anak yang selalu berbakti kepada orang-orang yang telah menyayangimu,” menuturkan dengan penuh ketulusan.
            Rahma tak sanggup berkata apa pun, selain mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam atas segala kebaikan dan kemuliaan hati guru tersebut. “Terima kasih banyak atas kebaikan Ibu kepada saya. Namun saya merasa tidak pantas untuk masuk ke sekolah ini dengan diri saya yang sangat hina ini, bau, kotor dan bodoh. Saya tidak mau teman-teman di sekitar saya menjadi terganggu belajarnya hanya gara-gara saya, Bu.”  Kemudian Ibu Guru menjawab, “Tidak, anakku. Kau begitu cantik dan cerdas. Sudah sepantasnya seorang guru sepertiku untuk mendukung dan memberikan kesempatan sekolah kepada anak berprestasi sepertimu. Terimalah hadiah kecilku ini! Kedua orang tuamu pasti akan bangga ketika anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang baik, berbakti serta berprestasi. Jadilah mutiara yang bersinar terang melalui bangku sekolah ini.”
“Baiklah, Bu. Terima kasih banyak atas semua kebaikan Anda. Saya akan besungguh-sungguh sekolah agar Ayah dan Ibu tersenyum di atas sana,” jawab Rahma dengan penuh gembira. Mereka pun berpelukan dan disusul oleh murid-murid di kelas itu dengan berjabatan tangan.
            Tiga bulan kemudian Rahma terlihat lebih cantik, bersih dan semakin berprestasi di sekolah barunya. Keaktifan serta peringkatnya di dalam kelas, terutama pada pelajaran Bahasa Inggris, membuat para guru terus merasa takjub dan bangga kepadanya. Hingga pada akhirnya ia dikirim untuk mewakili sekolahnya pada ajang “National English Debating Competition.” Itu merupakan kesempatan emas bagi Rahma setelah sekian lama memiliki harapan dalam berkompetisi Bahasa Inggris.
        Beberapa hari kemudian sebuah pengumuman datang dari Kepala Sekolah untuk Rahma. “Congratulation, Rahma. You’re the best one. You won the competition. We’re really proud of you. Tidak heran jika kami menyebutmu bagaikan mutiara yang bersinar sangat indah, Anakku” ucap Kepala Sekolah dengan sangat bangga. “Terima kasih banyak, Pak. Terima kasih atas segala rahmat-Mu, Ya Allah. Kini mutiara itu bukanlah tak bersinar, namun sudah sangat terang cahayanya.”

                                                                                                            _Rinta Alvionita_

"PUISI UNTUK IBU"

Ibu dan masa kecilku
| Ucapan Hari Ibu 22 Desember 2010

Taukah kamu sekalian bahwa hari ini adalah hari ibu?? apa aja yang telah kamu lakukan untuk ibumu tercinta? saya sendiri tahu dan sadar bahwa saya juga masih belum banyak bisa memberikan segala yang terbaik untuk ibu saya, tapi cobalah untuk melakukan hal ini yaitu seperti tidak membiarkan ibu kalian melakukan pekerjaan rumah, khusus hari ini bagaimana jika kamu mengurusi semua pekerjaan yang biasa dilakukan ibu kalian? atau jika memang tidak sanggup rayakanlah hari ini untuk mengenang hari ibu dengan memberinya ucapan atau puisi hari ibu, pasti setiap ibu akan merasa bangga, meski tanpa kado istimewa lainnya.
Di Indonesia sendiri, hari ibu diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, bahkan Nabi Muhammad SAW ketika ditanya para sahabat, siapa orang yang paling berjasa dan patut dihormati di dunia ini, beliau menjawab: Ibumu sampai beberapa kali, baru kali ketiga ditanya, Nabi Muhammad SAW menjawab, “Ayahmu”. Pepatah mengatakan “Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.”
Sehingga menghormati ibu adalah sesuatu yang sangat penting, terlebih bahwa surga berada dibawah telapak kaki ibu, keridhoan ibu adalah keridhoan-Nya, dan murka ibu adalah murka-Nya. Jadi jika hari ini kalian masih belum bisa berbuat banyak terhadap ibu kalian, maka kirimkanlah ucapan Selamat hari ibu atau puisi untuk ibu seperti dibawah ini:


Puisi Untuk Ibu

Dalam setiap irama tubuhmu kau selalu menyapa
Dalam kepenatan yang tak pernah terbisikkan kau selalu mendekap
Dalam kerinduan yang sangat kau tak pernah ingin lepas dariku
Usiaku kini telah berubah
Aku bukan lagi balita kecil
Kaulah yang telah membentuk jiwa mentah ini
Kaulah yang telah mengelola emosi labil ini
menjadi lokomotif kemajuan
Kaulah yang selalu memberiku keberuntungan
dengan nasihatmu kala malam telah larut
dan gerbang mimpi siap menghampiriku
Kala yang lain terlelap
Kutahu kau tak pernah terlena
Pikiran, hati, jiwa, dan emosiku selalu bekerja demi masa depanku
Kau selalu berpacu dengan waktu
Karena kau yakin, tanpa itu bisa jadi
aku terlindas oleh jaman yang semakin keras
Kaulah pengantar luasnya pengetahuanku
Kala wadah kosa kataku hanya bagai tetesan air
Kaulah yang memenuhinya hingga menjadi sebuah lautan
Kaulah bintang berkilauku
Yang tak akan pernah terlupakan
oleh rangkaian huruf cahaya sejarah peradaban manusia

Minggu, 18 Desember 2011

Mahasiswa Bukan Sekedar Nama

 Mahasiswa Bukan Sekedar Nama



Apakah definisi Mahasiswa hanya sekedar seseorang yang sedang menikmati keindahan pendidikan di salah satu lembaga tinggi selama beberapa waktu yang telah ditentukan? Atau bahkan seseorang yang sekedar belajar di kelas, baca buku, buat makalah, presentasi, diskusi, hadir ke seminar, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bercorak kekampusan? Jawabannya adalah TIDAK!
Ada tugas lain yang lebih berat dan lebih menyentuh terhadap makna mahasiswa itu sendiri yang lebih dari sekedar “Belajar”, yaitu sebagai agen perubah (Agent of Change) dan pengontrol sosial masyarakat (Agent of Control). Tugas inilah yang  dapat menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang setia mencarikan solusi berbagai problem yang sedang menyelimuti mereka. Inilah yang dapat menambah nilai plus bagi dirinya sebagai mahasiswa jika harapan mereka terwujud dan menjelma menjadi kenyataan dalam kehidupan mereka, tak cuma menjadi harapan yang kandas di tengah keruhnya kehidupan. Bukannya menjadi mahasiswa gadungan yang secara hakekatnya dia pun tak mau dan tak sudi menyandangnya. Setidaknya secara garis besar ada tiga  peranan penting dan mendasar bagi mahasiswa yaitu intelektual, moral dan sosial.
Jika semua peranan penting itu terwujud menjadi nyata dalam diri mereka, maka mereka layak menyandang sebutan mahasiswa sejati bukan mahasiswa gadungan yang disandang kebanyakan mahasiswa sekarang. Bukan sekedar jargon TOTALITAS dengan menjunjung kepalan tangan, namun TOTALITAS diri mahasiswa yang patut dijunjung tinggi dengan sepenuh hati. Itulah makna mahasiswa yang sesungguhnya. Sungguh capaian hal-hal tersebutlah yang akan menjadikan mereka berada dalam puncak kemuliaan walaupun secara Dhohir mereka berada dalam kehinaan.

Berikut ini Tips menjadi mahasiswa sejati :

1.      Definsikan ulang cita-cita. Tahun pertama kuliah ibarat titik yang menentukan. Kalau kemarin, orientasi waktu SMA kebanyakan ‘ingin kuliah jurusan X di universitas Y’. Ketika sekarang udah dapet, balik lagi, setelah ini mau jadi apa? Ke depannya mau ngapain? Fase mendefinisikan ulang cita-cita (bukan cita-cita mau jadi insinyur, tapi dengan gelar insinyur mau ngapain) ‘mikir-mikir panjang’ ke depan mau ngapain menurut saya penting banget. Karena, kalau udah dapet gambaran besar tujuan kuliah, dari sini kita bisa men-sortir kegiatan-kegiatan yang mau diambil dan menentukan prioritas. 
2.      Pandai Milih Teman Baru. Memilih teman sama artinya dengan memilih masa depan. Memilih teman sama artinya dengan memilih perilaku. Memilih teman sama artinya dengan memilih kualitas ilmu. Kita akan sulit berkembang bila sehari-hari kita bergaul dengan orang-orang malas. Kita pun akan sulit meraih kemuliaan akhlak, bila sehari-hari kita bergaul dengan orang yang buruk akhlaknya. Maka, tinggi rendahnya kualitas seorang manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas orang yang menjadi temannya.
3.      Tentukan target IP sesuai cita-cita. Ketika anda ingin kerja di perusahaan multinasional yang bergaji besar atau berharap dapet basiswa S2 untuk jadi peneliti, IP tinggi adalah harga mati. Tapi ketika niat awal adalah ingin jadi politisi dan menganggap kampus adalah tempat untuk memperluas jaringan, IP mungkin perlu secukupnya asal lulus. Jadi ketika ada orang yang bilang ‘IP itu gak penting, yang penting organisasi’. Indikator penting gak penting nya ya tergantung cita-cita ke depan.
4.       Ikut berbagai seminar di kampus. Lumayan loh, kadang jadi kepikiran tentang apa, atau dapet ide tentang apa. Yang jelas ini nambah wawasan dan referensi. Apalagi, seminar di kampus biasanya harganya juga murah, udah dapet makan siang, sertifikat, plus seminar kit. Jadi bener-bener ga ada ruginya kok. 
5.      Eksplorasi terus cara belajar yang paling ideal. Tiap orang cara belajarnya beda-beda. Ada yang nyaman belajar sendiri, ada yang mesti belajar kelompok (cari terus juga teman-teman belajar yang paling enak). Saya sendiri masih problem banget dengan hal ini. Tapi apapun cara belajarnya, satu hal yang pasti : merhatiin dosen dan serap sebanyak mungkin di kelas. Karena materi kuliah lebih advance dan mendalam, hampir gak ada mahasiswa yang punya pemahaman utuh tentang satu materi. Cara ngerti orang pun beda-beda. Jadi, pastikan dapet materi sebanyak mungkin dari dosen. 
6.      Taun pertama jangan terlalu gegabah. Mikir-mikir ketika mau ikut kegiatan. Walaupun banyak banget hal baru yang terlihat menarik, jangan karena serba baru semuanya dicoba. Ukur kapasitas dulu, terutama masalah waktu belajar. Ini balik lagi ke prioritas, kira-kira pengen lulus dengan kayak apa? Apakah ‘IP berapa aja asal lulus yang penting gue jadi aktivis’ atau ‘yang penting IP tinggi biar dapet kerja di perusahaan besar’ atau yang di tengah-tengah? 
7.      jangan dibiasain bergadang. Bergadang sekali-sekali pasti gak bisa dihindarin (ketika tugas menumpuk, mau UAS, dll) tapi sebisa mungkin jangan dibiasain karena gak bagus untuk jangka panjang. Caranya gimana? Ya waktu di siang harinya yang dipadetin. Kurangi waktu main facebook, makan dengan lebih cepat, jalan dengan lebih cepat, serta kurangi waktu ngobrol-ngobrol yang kurang perlu. Mendisiplinkan diri sendiri, ternyata juga bukan perkara mudah.
8.      Jangan cepat down. Terkadang, masalah yang dateng ketika kuliah itu bisa sangat ekstrim dan gak terbayangkan sebelumnya. Sesulit apapun itu, sebisa mungkin tetap positive thinking. Pkir aja bahwa kesulitan-kesulitan itu bagian dari kita yang terus berkembang seiring waktu. Kalau dapet yang seneng-seneng terus ya gak bakal maju dan ga bakal belajar dari situ. Kalau pelajarannya gak terasa susah ya buat apa toh kita mahal-mahal kuliah?
9.      Work hard play hard. Karena emang pressure belajarnya lebih berat dibanding SMA, ketika ada waktunya untuk senang-senang ya dimanfaatkan untuk main. Tapi, masa sih udah kuliah senang-senangnya masih nongkrong-nongkrong di mal juga? Kayaknya banyak deh hal yang fun lain yang lebih produktif misalnya olahraga, jalan-jalan ke berbagai tempat unik, berpetualang ke alam, ato ikutan gabung ke berbagai komunitas di luar kampus.
10. biasakan olahraga. Walau terkadang bikin males dan merasa gak ada waktu, olahraga yang rutin penting banget untuk meningkatkan stamina. Biasanya nih, indikasi kalau udah lama gak olahraga itu jadi cepet ngantuk dan badan cepet capek. Jadi segimanapun juga, mesti dipaksain. Biar gak males, coba janjian olahraga bareng temen-temen atau gabung di unit olahraga sekalian.